Rabu, 23 Mei 2012

SATISTIK PENGUJIAN
BALAI PENGUJIAN MUTU PAKAN TERNAK BEKASI

BAB I
PENDAHULUAN


SEJARAH SINGKAT
Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT) merupakan salah satu Unit Pelaksana TEKNIK di Lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian yang diberi tugas pokok melaksanakan pengujian mutu pakan.  UPT BPMPT semula merupakan unit laboratorium pakan dari UPT Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Cisarua. Kemudian dipindahkan lokasinya dari Cisarua ke Kota Bekasi di bawah binaan Direktur Bina Produksi Peternakan yang kemudian menjadi Loka Pengujian Mutu Pakan (LPMP) (KEPMENTAN No.465/Kpts/OT.210/6/94).
Pada tahun 1998 lokasi LPMP dipindahkan ke Desa Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, karena terjadinya tukar guling (ruislag) yang dilakukan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.  Semula terdiri dari satu bangunan kantor bercampur laboratorium seluas 200 m2 dan 3 unit rumah dinas dengan luas tanah 500 m2. Pada tahun 1999-2000 LPMP mendapat dana bantuan JBIC berkaitan dengan proyek RRMC (Rural Rearing and Multiplication Center).
Pada tahun 2001, LPMP berubah menjadi Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (eselon IIIA) dengan KEPMENTAN No.458/Kpts/OT.210/8/2001 dan telah dilakukan perubahan dengan Permentan No. 65/Kpts/OT.210/8/2006 yang merupakan UPT Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Budidaya Ternak Non Ruminansia. Pengesahan Balai sebagai Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak telah ditandatangani pada tanggal 20 Agustus 2001 di Jakarta oleh Menteri Pertanian pada saat itu, Bapak Prof.Dr. Ir. Bungaran Saragih,M.Ec.

Dalam perjalanannya, BPMPT telah memperoleh berbagai penghargaan antara lain :
·         Piagam Penghargaan ABDIBAKTITANI Sebagai Unit Kerja Pelayanan Berprestasi Pratama Tahun 2001.
·         Piagam Penghargaan ABDIBAKTITANI Sebagai Unit Pelayanan Terbaik Kepada Publik Tahun 2002.
·         Plakat Tanda Penghargaan ABDIBAKTITANI Sebagai Unit Kerja Pelayanan Berprestasi Utama Tahun 2003.
·         Piagam Penghargaan ABDIBAKTITANI Sebagai Unit Kerja Pelayanan Berprestasi Madya Tahun 2004.
·         Piagam Penghargaan ABDIBAKTITANI Sebagai Unit Kerja Pelayanan Berprestasi Utama Tahun 2005-2006.
·         Piagam Penghargaan Menteri Pertanian Sebagai Laboratorium lingkup Departemen Pertanian yang telah di akreditasi Tahun 2006.
·         Piala ABDIBAKTITANI Sebagai Unit Pelayanan Terbaik Tahun 2007.
·         Piagam Penghargaan Citra Pelayanan Prima (CPP) sebagai Unit Pelayanan Publik Terbaik oleh Presiden RI, yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Tahun 2008.
·         Piagam Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK), Inspektorat Jenderal Pertanian Tahun 2009.
Dalam melaksanakan tugasnya melaksanakan pemeriksaan dan pengujian mutu pakan ternak, BPMPT memiliki tiga bagian yaitu bagian sampel, pelayanan TEKNIK dan bagian tata usaha.  Bagian sampel bertugas untuk melaksanakan penyiapan sampel dan rekapitulasi sampel; bagian pelayanan TEKNIK bertugas untuk melaksanakan pemeriksaan keamanan pakan, perumusan hasil pengujian, pengembangan teknik kegiatan pemeriksaan dan pengujian mutu pakan, dan pemantauan/survey mutu pakan; sedangkan bagian tata usaha bertugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga BPMPT. 




BAB II
PENYIAPAN SAMPEL DAN PELAYANAN TEKNIK

Berdasarkan data rekapitulasi, total sampel dan total pengujian mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 2008 – 2010. Tren menunjukkan total sampel meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 22,64% per tahun, sedangkan total pengujian meningkat sebesar 36,40% per tahun selama periode 2008-2010.  Baik sampel maupun pengujian memiliki pola peningkatan yang sama, yaitu meningkat di triwulan terakhir/keempat setiap tahun.  Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1, Gambar 1, 2, 3 dan 4.

Umumnya jumlah sampel tinggi di triwulan terakhir tiap tahunnya dengan rata-rata 36,57%  dari total sampel dan 38,72% dari total pengujian.  Puncaknya pada tahun 2009, sebanyak 45,67% dari total sampel diterima di triwulan tersebut.  Dengan sebaran penerimaan sampel yang tidak merata tersebut, sebanyak 50,18% dari total pengujian dilakukan pada Oktober sampai Desember, pada tahun 2009.  Di tahun 2010, walaupun tetap menumpuk di akhir tahun, total sampel di triwulan terakhir sebesar 33,12% dari total sampel keseluruhan, sehingga 33,75% dari total pengujian dilakukan di Oktober sampai Desember, hal ini menunjukan sebaran penerimaan sampel sudah relative lebih merata dibandingkan tahun 2009.







Tabel 1.  Rekapitulasi Jumlah Sampel dan Pengujian
BPMPT Bekasi,  Tahun 2008 - 2010

No
Bulan
TOTAL SAMPEL
TOTAL PENGUJIAN
2008
2009
2010
2008
2009
2010
1
Januari
110
148
153
510
800
934
2
Februari
106
106
182
551
549
1112
3
Maret
172
87
278
838
393
1706
4
April
113
232
308
633
1250
1968
5
Mei
218
251
348
1238
1411
2295
6
Juni
240
190
314
1342
821
1978
7
Juli
257
237
418
1209
1389
2790
8
Agustus
273
208
280
1371
1277
1620
9
September
247
98
247
1027
562
1455
10
Oktober
258
257
457
1353
1605
2951
11
November
269
373
374
1505
2403
2268
12
Desember
250
679
421
1289
4504
2859
Jumlah
2,513
2,866
3,780
12,866
16,964
23,936

Keterangan :
Setiap satu sampel biasanya diuji dengan lima sampai tujuh jenis parameter uji. 




Add caption


Add caption
Add caption

Add caption

A.                  Penyiapan Sampel

Berdasarkan jenisnya, sampel yang diterima umumnya dalam bentuk pakan ternak hasil pabrikan tertentu maupun uji coba pembuatan pakan ternak baru.  Jenis sampel lainnya adalah dalam bentuk hijauan, bahan pakan dan lainnya.   Persentase jenis sampel berdasarkan bentuknya pada tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 5. berikut.

Gambar  5. Persentase Jenis Sampel di BPMPT tahun 2010


Berdasarkan pengirim sampel, sampel yang diterima BPMPT berasal dari berbagai instansi swasta maupun instansi pemerintah, baik Dinas Peternakan maupun UPT di daerah. Khusus untuk instansi pemerintah, setiap tahunnya, BPMPT Bekasi memberikan alokasi pengujian sampel tanpa dikenakan biaya pengujian.  Alokasi sampel memiliki kontribusi rata-rata 15,4%  dari total sampel selama periode 2008-2010, sedangkan realisasinya sebesar 12,47%.  Pengalokasian tersebut dimaksudkan untuk memberikan stimulasi untuk meningkatkan mutu dari produksi pakan ternak di daerah yang diberikan alokasi serta untuk meningkatkan kesadaran mutu pakan ternak bagi pengusaha ternak.  
Gambar 6 menunjukan bahwa alokasi sampel pada tahun 2009 meningkat dari tahun sebelumnya namun menurun pada tahun 2010.  Sedangkan realisasi meningkat dari tahun ke tahun selama periode tersebut.  Secara tren,  alokasi sampel BPMPT menunjukkan nilai positif selama periode 2008-2010, yang berhubungan positif dengan realisasi. Umumnya penyerapan alokasi cukup baik, artinya realisasi  penyerapan cukup mendekati alokasi.  Namun demikian tetap terdapat selisih antara alokasi dan realisasi dengan rentang rata-rata antara alokasi dengan realisasi sebesar 90 sampel. 
Secara rinci, terdapat 43 instansi dari tujuh kelompok (Dinas Peternakan Daerah) dan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.  Selama periode 2008-2010, Wilayah Indonesia bagian Barat terutama Pulau Sumatera dan Jawa yang paling banyak menerima alokasi sampel.  Namun secara penyerapan, Wilayah Indonesia bagian Tengah seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Bali yang realisasi pengiriman sampelnya paling mendekati alokasi.  Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.         
Tabel 2. Rekapitulasi Alokasi dan Realisasi Sampel  BPMPT Bekasi
Tahun 2008 – 2010


NO
PROVINSI / UPT
ALOKASI
REALISASI

2008
2009
2010
2008
2009
2010

SUMATERA
120
140
105
105
107
92

1
ACEH
5
5
5
5
5
10

2
SUMATERA UTARA
20
20
10
20
10
10

3
SUMATERA BARAT
15
20
15
15
18
12

4
RIAU
20
20
10
20
19
10

5
KEPULAUAN  RIAU
5
5
5
5
0
0

6
JAMBI
10
10
5
0
0
0

7
BENGKULU
15
20
10
15
15
10

8
SUMATERA SELATAN
15
15
20
15
15
20

9
BANGKA BELITUNG
5
5
5
0
5
0

10
LAMPUNG
10
20
20
10
20
20

JAWA
85
100
110
82
68
86

11
BANTEN
5
5
5
2
3
5

12
DKI JAYA
5
5
5
5
5
5

13
JAWA BARAT
20
30
25
20
11
20

14
JAWA TENGAH
20
20
25
20
20
25

15
DIY
15
20
25
15
20
25

16
JAWA TIMUR
20
20
25
20
9
6

KALIMANTAN
55
55
55
55
44
52

17
KALIMANTAN BARAT
10
10
15
10
3
15

18
KALIMANTAN TENGAH
15
15
15
15
14
15

19
KALIMANTAN SELATAN
15
15
10
15
12
10

20
KALIMANTAN TIMUR
15
15
15
15
15
12









lanjutan







SULAWESI
40
45
55
30
36
51

21
GORONTALO
5
5
5
5
0
0

22
SULAWESI UTARA
10
10
15
10
6
15

23
SULAWESI BARAT
5
5
5
0
5
5

24
SULAWESI TENGGARA
5
5
5
5
5
5

25
SULAWESI TENGAH
5
5
10
0
5
10

26
SULAWESI SELATAN
10
15
15
10
15
16

BALI DAN NUSA TENGGARA
20
30
25
18
20
17

27
BALI
10
15
15
10
15
17

28
NUSA TENGGARA BARAT
5
10
5
5
5
0

29
NUSA TENGGARA TIMUR
5
5
5
3
0
0

MALUKU DAN PAPUA
35
40
35
20
27
4

30
MALUKU
5
5
5
0
5
0

31
MALUKU UTARA
5
5
5
0
5
0

32
PAPUA
20
20
15
15
13
4

33
PAPUA BARAT
5
10
10
5
4
0

UPT
45
90
100
42
79
80

34
BBPTU BATURRADEN
5
10
10
5
10
10

35
BPTU SIBORONG-BORONG
5
10
5
2
1
0

36
BPTU PELAIHARI
5
10
5
5
10
5

37
BPTU SEMBAWA
5
10
10
5
10
10

38
BPTU INDRAPURI
5
10
5
5
10
5

39
BPTU PADANGMANGATAS
5
10
10
5
8
5

40
BBIB SINGOSARI
5
10
15
5
10
12

41
BIB LEMBANG
5
10
15
5
10
20

42
BET CIPELANG
5
10
15
5
10
12

43
BPTU SAPI BALI
0
0
10
0
0
1

Jumlah
400
500
485
352
381
382

Di wilayah Sumatera, sepuluh Dinas di sepuluh Provinsi menerima alokasi sampel dengan rata-rata 12 sampel per Provinsi per tahun selama periode dimaksud.  Provinsi Aceh, Sumatera Selatan, Lampung dan Riau memiliki realisasi yang baik. Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Bengkulu memiliki realisasi pengiriman sampel tergolong cukup baik, disusul Kep. Riau dan Bangka Belitung yang fluktuatif.  Provinsi Jambi sama sekali tidak mengirimkan sampel walaupun alokasinya telah diturunkan 50% di tahun 2010.  Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7,8, dan 9 di bawah ini.




Dari wilayah Jawa, terdapat enam Provinsi yang menerima alokasi sampel dengan rata-rata  16 sampel per Provinsi per tahun selama periode dimaksud.  DKI Jaya, DIY dan Jawa Tengah merupakan Provinsi yang konsisten mengirimkan sampel sesuai alokasi. Jawa Barat dan Banten tergolong cukup baik dalam mengirimkan sampel.  Hanya Provinsi Jawa Timur yang mengalami penurunan drastis pengiriman sampel pada tahun 2009-2010.  Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10, 11, dan 12 di bawah ini.





Di Wilayah Kalimantan, terdapat empat Provinsi yang menerima alokasi sampel dengan rata-rata  13-14 sampel per Provinsi per tahun selama periode dimaksud. Keempat Provinsi yaitu Kalimantan Barat, Tengah, Selatan dan Timur termasuk konsisten dalam mengirimkan sampel sesuai alokasi, hanya pada tahun 2009, persentase penyerapan alokasi hanya sebesar 80%  menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 100%. Namun meningkat kembali di tahun 2010 menjadi sebesar 95%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13, 14, dan 15 di bawah ini.




Di Wilayah Sulawesi, terdapat enam Provinsi yang menerima alokasi sampel dengan rata-rata  tujuh sampai delapan sampel per Provinsi per tahun selama periode dimaksud. Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan memiliki realisasi pengiriman yang baik. Sulawesi Tengah dan Barat baru mengirimkan sampel pada 2009, namun semenjak itu, realisasinya mencapai jumlah alokasi yang diberikan.  Sulawesi Utara juga memiliki realisasi sampel yang baik walaupun sempat menurun di tahun 2009.  Hanya Provinsi Gorontalo yang mengalami penurunan drastis dari realisasi 100% di tahun 2008, menjadi tidak ada sama sekali di dua tahun berikutnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 16, 17, dan 18 di bawah ini.





Di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara, terdapat tiga provinsi penerima alokasi sampel dengan rata-rata delapan sampel per Provinsi per tahun selama periode dimaksud.  Dari ketiga provinsi tersebut, Provinsi Bali memiliki realisasi pengiriman sampel yang sangat baik.  Sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Timur mengalami penurunan drastis dan sama sekali tidak mengirimkan sampel di tahun 2009 dan 2010. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 19, 20, dan 21 di bawah ini.





Di Wilayah Maluku dan Papua, terdapat empat Provinsi penerima alokasi sampel dengan rata-rata sembilan sampel per Provinsi per tahun selama periode dimaksud.  Empat Provinsi masih memiliki realisasi di bawah alokasi dengan jumlah pengiriman yang fluktuatif.  Yang masih tergolong aktif mengirimkan sampel tiap tahun adalah Provinsi Papua, walaupun jumlahnya menurun tiap tahun.  Ketiga Provinsi lainnya yaitu Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat tidak mengirimkan sampel sama sekali di tahun 2010, bahkan partisipasi Maluku dan Maluku Utara hanya pada tahun 2009 saja. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 22, 23, dan 24 di bawah ini.




Di kelompok UPT, sebanyak sepuluh UPT menerima alokasi sampel.  UPT terpilih tersebut tersebar di seluruh Indonesia dan memiliki keterkaitan dengan mutu pakan ternak, yaitu Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU).  Balai/UPT yang memiliki realisasi yang baik antara lain BIB Lembang, BBPTU Baturraden, BPTU Pelaihari,  BPTU Sembawa, dan BPTU Indrapuri.  BBIB Singosari dan BET Cipelang memiliki penyerapan alokasi yang cukup baik.  Terdapat penambahan UPT penerima alokasi pada tahun 2010, yaitu BPTU Sapi Bali yang sebelumnya di tahun 2008-2009 belum mendapatkan alokasi sampel dari BPMPT Bekasi.  BPTU Padangmangatas tergolong aktif mengirimkan sampel walaupun nilainya menurun 20% di tahun 2009 dan 50% di tahun 2010 terhadap total alokasi.  Demikian juga BPTU Siborong-borong yang realisasinya terus menurun bahkan tidak mengirimkan sampel sama sekali di tahun 2010. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 25, 26, dan 27 di bawah ini.



Uji Petik

Uji petik adalah suatu kegiatan pemantauan dan survei mutu pakan yang beredar di masyarakat baik di pabrik pakan/produsen pakan, agen/distributor pakan atau peternak. Sampel yang diperoleh melalui kegiatan uji petik hasil ujinya disesuaikan dengan persyaratan mutu yang berlaku baik SNI atau persyaratan teknik minimal (PTM) serta tindak lanjut terhadap pakan/bahan pakan yang menyimpang dari SNI/PTM. Jumlah total sampel yang disampling dari objek sampling pada tahun 2010 adalah sebanyak 109 sampel yang terdiri dari pabrik pakan sebanyak 21 sampel, poultry shop 75 sampel dan peternak 13 sampel, hal ini menunjukan kegiatan pemantauan lebih didomonasi pada poultry shop dengan bagian 68,81% dari total sampel uji petik tahun 2010, data selengkapnya disajikan pada table 3.

               Tabel 3. Sampel Uji Petik BPMPT Bekasi Tahun 2010
Objek Sampling
Jumlah Sampel
Presentase (%)
Pabrik Pakan
21
19.27
Poultry Shop
75
68.81
Peternak
13
11.93
Total
109
100.00

Dari ketiga objek sampling tersebut Jenis sampel yang disampling adalah bahan pakan, pakan komersial, konsentrat unggas, dan konsentrat sapi. Jenis sampel yang paling banyak adalah pakan komersil sebanyak 69 sampel atau 71.88% dari total sampel uji petik tahun 2010, pakan komersil yang disampling adalah pakan ayam broiler, pakan ayam petelur, pakan ayam buras, pakan babi, pakan burung berkicau, dan pakan kelinci. Konsentrat unggas yang disampling adalah konsentrat ayam petelur dan konsentrat itik. Konsentrat sapi yang disampling adalah konsentrat sapi potong dan sapi perah. Data selengkapnya disajikan pada table 4.

Tabel 4. Jenis Sampel Uji Petik BPMPT Bekasi Tahun 2010
Jenis Sampel
Jumlah Sampel
Presentase (%)
Bahan Pakan
11
10.09
Pakan Komersil
69
63.30
Konsentrat Unggas
17
15.60
Konsentrat Sapi
12
11.01
Total
109
100

Parameter uji yang diujikan pada uji petik adalah kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, kalsium dan phosphor. Jumlah sampel yang terbanyak menyimpang dari standar (SNI/PTM) pada sampel uji petik adalah kalsium sebanyak 45 sampel diikuti urutan kedua adalah kadar abu sebanyak 36 sampel dan penyimpangan terkecil adalah kadar air sebanyak 4 sampel. Hal ini menunjukan pemalsuan pakan dan bahan pakan dalam upaya memanipulasi kadar kalsium masih marak dikalangan peternak. Data selengkapnya disajikan pada table 5.
Tabel 5. Penyimpangan Sampel Uji Petik BPMPT Bekasi Tahun 2010
Parameter Uji
Jumlah Penyimpangan Sampel
Presentase (%)
Kadar Air
4
2.50
Kadar Abu
36
22.50
Protein Kasar
30
18.75
Lemak Kasar
12
7.50
Serat Kasar
13
8.13
Kalsium
45
28.13
Posphor
20
12.50
Total
160
100
  1. PELAYANAN TEKNIK

Pelayanan teknik meyediakan uji terhadap sampel. Jenis uji yang disediakan di BPMPT Bekasi antara lain uji proksimat sebagai jenis uji wajib, uji mineral dan uji tambahan lainnya.  Pada tahun 2008 BPMPT Bekasi menerima pelayanan untuk sebanyak 28 jenis parameter uji, meningkat di tahun 2009 menjadi 33 jenis paramater uji, demikian juga jumlah yang sama di tahun 2010. Selain kuantitas parameter uji, kualitas parameter uji juga merupakan hal yang penting.  Hal ini ditunjukkan dengan akreditasi yang dimiliki masing-masing parameter uji.

Dari 28 parameter uji yang tersedia di BPMPT Bekasi pada tahun 2008, 10 diantaranya mendapatkan akreditasi Pada tahun 2009 akreditasi tersebut tetap, dengan 10 parameter uji.  Pada tahun 2010 jumlah akreditasi yang didapat sebanyak 12 akreditasi untuk 33 parameter uji. Rekapitulasi jenis pengujian dan pertumbuhan akreditasinya dapat dilihat pada tabel 6 dan Gambar 28 dan 29.




Tabel 6.  Rekapitulasi Jenis Pengujian dan Akreditasinya
                  Tahun 2008-2010
NO
JENIS PENGUJIAN
TAHUN
2008
2009
2010
Ada
Akreditasi
Ada
Akreditasi
Ada
Akreditasi


Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
I
Uji Proximat :









1
K.Air



2
K.Abu



3
PK



4
LK



5
SK



II
Uji Mineral :









1
Kalsium



2
Fosphor



III
Uji Tambahan :









1
ADF





2
Aflatoxin



3
Argon







4
Benda Asing







5
BETN



6
BK



7
Cadmium







8
Cuprum







9
feed aditif







10
Fumonisin





11
Gross Energi



12
Identifikasi spesies







13
Kalium



14
Karbohidrat







15
KH







16
Kelarutan Total





17
Makroskopis



18
Melamin







19
MBM





20
ME







lanjutan









21
Magnesium





22
Mikroskopis





23
N







24
Natrium



25
NaCl



26
NDF





27
Nitrat





28
Nitrit





29
Okra







30
Oktra toksin





31
palsuan







32
Pb





33
pH





34
salmonela







35
TDN



36
TVB







37
TVBN







38
T2 toksin







39
Urea



40
Vit b2







41
Zink







Jumlah
28
10
18
33
10
23
33
12
21

Keterangan :
·          Checklist (√) pada kolom “Ada” menandakan jenis pengujian dimaksud tersedia di BPMPT Bekasi
·          Checklist (√) pada kolom “Ya” menandakan jenis pengujian dimaksud terakreditasi di BPMPT Bekasi
·          Checklist (√) pada kolom “Tidak” menandakan jenis pengujian dimaksud tidak terakreditasi di BPMPT Bekasi

Berdasarkan parameter uji, pengujian paling banyak dilakukan adalah pengujian proksimat,  dengan persentase di atas 70% dari total pengujian selama periode 2008-2010.  Namun demikian persentase menurun karena bertambahnya permintaan terhadap parameter uji lainnya.  Pada tahun 2008, persentase pengujian dengan uji proksimat mencapai 74,79% dari total pengujian pada tahun tersebut, menurun menjadi 74,20% pada tahun berikutnya, dan menjadi 70,06% pada tahun 2010. Dari lima parameter uji proksimat (Kadar air, kadar abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar), jumlah pengujian berimbang yaitu berkisar 13,5 – 15,5% dari total pengujian.  Parameter uji proksimat merupakan parameter dasar dalam mutu pakan ternak.

Pengujian lainnya adalah mineral dengan parameter uji Ca dan P.  Persentase uji Ca menurun dari 13,83% di tahun 2008, menjadi 13,58% di tahun 2009 dan 12,40% di tahun 2010 terhadap total pengujian di masing-masing tahun.  Namun tidak demikian halnya dengan uji P, dimana pada tahun 2008 dan 2009 persentasenya hanya 6,93% dan 7,77% dari total pengujian di masing-masing tahun.  Pada tahun 2010, jumlah pengujian dengan parameter tersebut mengalami lonjakan menjadi 12,30% dari total pengujian di tahun tersebut.  Adapun pengujian dengan parameter tambahan lainnya tidak tetap setiap tahun.  Jumlah pengujian yang dilakukan BPMPT berdasarkan parameter uji yang tersedia secara rinci setiap tahunnya selama periode 2008 – 2010 dapat dilihat pada tabel 7, 8 dan 9.

Penyimpangan Sampel Hasil Uji

Berdasarkan hasil pengujian terhadap sampel yang diterima BPMPT, sejumlah sampel tercatat tidak memenuhi SNI, standar yang diberlakukan untuk pasaran pakan ternak di Indonesia, untuk satu atau beberapa parameter uji.  Pada tahun 2008, dari 12.866 pengujian yang dilakukan di BPMPT, terdapat penyimpangan sejumlah 814 hasil uji. Pada tahun 2009 hasilnya menurun menjadi 608 penyimpangan dari 16.964 pengujian. Nilai tersebut setara dengan penurunan penyimpangan 25,31% dari pertumbuhan pengujian sebesar 31,85%. Di tahun 2010, jumlah penyimpangan meningkat menjadi 647 hasil uji atau setara 6,41% peningkatan dari tahun sebelumnya, namun dengan total pengujian yang meningkat 41,10% dari tahun sebelumnya, sebanyak 23.936 pengujian.  Hal ini dapat dilihat pada Gambar 30. 


Penyimpangan mengalami penurunan terhadap total pengujian.  Pada tahun 2008, sebanyak 6,33% dari pengujian mengalami penyimpangan dari SNI. Namun di tahun berikutnya persentase tersebut semakin menurun. Adapun tren penyimpangan mengalami penurunan rata-rata sebesar 10,85% per tahun selama periode 2008-2010.  Hal ini dapat dilihat pada Gambar 31.  Semakin rendah tingkat penyimpangan, semakin baik sampel yang diuji menurut standar yang ditetapkan dalam SNI. 

Selama periode 2008-2010, penyimpangan terbesar adalah dari uji mineral kalsium, dengan rata-rata 31% dari total pengujian selama periode 2008-2010.  Penyimpangan terbesar berikutnya adalah kadar abu dengan persentase 22% dari total pengujian selama periode yang sama.  Penyimpangan kadar fosfor dan lemak kasar pada sampel yang diterima BPMPT relatif memiliki proporsi yang sama, rata-rata 11%.  Adapun secara lengkap persentase penyimpangan masing-masing uji selama periode 2008-2010 dapat dilihat pada Gambar 32, Tabel  10 dan 11. berikut.  Sedangkan secara rinci per parameter uji,  penyimpangan masing-masing uji dapat dilihat pada Gambar 33, 34, 35, 36, 37, 38, dan 39.


Tabel  10. Persentase penyimpangan pengujian terhadap total Pengujian BPMPT Bekasi Tahun 2008-2010

Jenis Uji
Penyimpangan Sampel terhadap SNI (%)
2008
2009
2010
Kadar Air
2.70
6.09
1.24
Kadar Abu
22.85
20.23
21.02
Protein Kasar
13.02
14.97
15.15
Lemak Kasar
11.55
12.99
7.57
Serat Kasar
8.35
6.09
9.58
Kalsium
32.19
30.10
30.76
Fosfor
9.34
9.54
14.68


BAB III
PELANGGAN

Periode 2008-2010, jumlah pelanggan  BPMPT mengalami pertumbuhan.  Walaupun sempat menurun di tahun 2009, namun tren menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 13,6%  per tahun selama periode tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 40. dan Tabel 9.

 

Berdasarkan jenis instansinya, pelanggan BPMPT diklasifikasikan menjadi 13 kelompok.  Secara umum, tiga pelanggan terbesar mendominasi hampir 60% dari total pelanggan, yaitu produsen/pabrik pakan ternak, Dinas Peternakan Provinsi dan Dinas Peternakan Kabupaten/Kota Secara rata-rata selama periode 2008-2010, pelanggan terbesar BPMPT adalah produsen/pabrik pakan ternak, mewakili pihak swasta dengan persentase 24% dari total pelanggan. Selanjutnya adalah Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten/Kota yang secara kumulatif sejumlah 34% dari total pelanggan.  Lebih lanjutnya, klasifikasi pelanggan  BPMPT Bekasi selama periode 2008-2010 dapat dilihat pada Gambar 41 dan Gambar 42.

Dari 13 kelompok pelanggan, enam instansi mewakili pihak pemerintah, yaitu Dinas Peternakan Provinsi, Dinas Peternakan Kabupaten/Kota, UPT, UPTD, Ditjenak dan Keswan, dan BPMPT sendiri. Empat instansi mewakili pihak swasta yaitu Produsen Pakan Ternak, Peternak, Perusahaan Peternakan, dan Produsen/Eksportir Bahan Pakan. Dua instansi lainnya mewakili lembaga penunjang, yaitu Lembaga Penelitian dan Universitas.

Berdasarkan Tabel 12, UPTD memiliki tren yang paling tinggi, sebesar 145% dalam pertumbuhan jumlah pelanggan selama periode 2008-2010.  Pertumbuhan jumlah pelanggan dari Lembaga Penelitian juga tinggi, mencapai 87%, namun yang memiliki tren tinggi sekaligus peningkatan jumlah yang paling tinggi sebanyak 29 pelanggan adalah kelompok Perusahaan Peternakan selama periode yang sama. Sebaliknya, pelanggan dari Dinas Peternakan Provinsi dan Ditjenak dan Keswan mengalami penurunan jumlah dan tren negatif. 

Berdasarkan permintaan pengujian, jumlah permintaan dari UPTD mengalami peningkatan dengan tren 165% selama 2008-2010, walaupun jumlahnya kecil.  Tren yang tinggi dan jumlah permintaan pengujian yang meningkat signifikan adalah dari Perusahaan Peternakan dengan pertumbuhan 144% per tahun selama periode yang sama.  Demikian juga halnya berdasarkan jumlah sampel yang dikirimkan,

Umumnya, rata-rata tiap pelanggan mengajukan permintaan pengujian sebanyak 2-3 kali tiap tahunnya, dengan jumlah sampel yang dikirimkan  sebanyak rata-rata 6-7 sampel setiap permintaan.  Dengan demikian rata-rata pelanggan mengirimkan sebanyak 12-21 sampel tiap tahunnya.  Di luar BPMPT, pelanggan yang paling banyak mengirimkan sampel adalah Lembaga Penelitian dan Dinas Peternakan Provinsi, diatas 30 sampel per pelanggan.  Hal ini dapat dilihat pada Tabel 13.  Adapun perkembangan jumlah permintaan pengujian dan sampel BPMPT Bekasi berdasarkan klasifikasi pelanggan selama periode 2008-2010 dapat dilihat pada Gambar 43 dan Gambar 44 berikut.

BAB IV
SUB BAGIAN TATA USAHA

Seiring dengan peningkatan layanan dan permintaan, jumlah pegawai yang bekerja di BPMPT Bekasi meningkat dari tahun ke tahun selama periode 2008-2009.  Pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai 8,60%.  Dilihat dari proporsinya, pegawai berstatus PNS menduduki proporsi terbesar di atas 75%. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 27.


Tabel 14.  Rekapitulasi Pegawai Berdasarkan Status

BPMPT Bekasi, Tahun 2008 - 2010








Status
Tahun


2008
2009
2010


PNS
30
32
34


CPNS
5
2
4


Honorer
4
1
0


Kontrak
0
7
8


Total
39
42
46


Tabel 15.  Rekapitulasi Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan

                   BPMPT Bekasi, Tahun 2008 - 2010






Pendidikan
Tahun

2008
2009
2010

S3
1
1
1

S2
1
1
2

S1
7
8
9

D3
5
7
7

SMU/Setingkat
21
20
20

SLTP
2
2
2

SD
2
3
5

Total
39
42
46


















Sebagai UPT, BPMPT Bekasi menghasilkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan teknik pengujian sampel.  Berdasarkan Gambar 47, realisasi PNBP selama periode 2008-2010 melampaui target yang telah ditetapkan.  Pertumbuhan target diperkirakan sebesar 8,78% per tahun selama periode tersebut, namun laju realisasi mencapai 35,13% per tahun, terutama terlihat dari pertumbuhan tinggi yang terjadi pada tahun 2010 dibanding tahun sebelumnya.  Data selengkapnya ditampilkan pada Tabel 16 berikut.






BAB V
KENDALA DAN UPAYA

·         Peningkatan jumlah sampel di akhir tahun disebabkan sebagian besar sampel yang berasal dari Dinas/Instansi dikirim ke BPMPT Bekasi pada triwulan IV oleh karena dananya terlambat cair. Peningkatan jumlah sampel dalam periode 2008-2010 antara lain disebabkan alokasi dana dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan ke Propinsi untuk pengujian pakan, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap mutu pakan dan dampak promosi yang dilaksanakan BPMPT Bekasi.  BPMPT Bekasi telah berupaya untuk mengurangi penumpukan jumlah sampel diakhir tahun dengan menyurati pelanggan agar mengirim sampel mulai dari Triwulan I dan II sehingga diharapkan penyebaran jumlah sampel lebih merata sepanjang tahun.

·         Secara umum target alokasi pada periode 2008-2010 tidak dapat tercapai hal ini disebabkan sebagian instansi tidak dapat memenuhi alokasinya. Hal ini disebabkan antara lain pakan beredar dilokasi tertentu tidak banyak, Tidak terdapat dana yang cukup tersedia untuk membiayai pengujian pakan sehingga sampel alokasi yang gratis tersebut tidak terpenuhi, kurang tenaga yang melakukan sampling dan tidak tersedia biaya kelapangan dan biaya pengiriman.  Sebagian instansi lain dapat secara konsisten memenuhi target alokasi dan meminta tambahan untuk tahun berikutnya. BPMPT Bekasi memberikan alokasi tambahan untuk instansi yang memenuhi target dan mengurangi alokasi untuk instansi yang tidak memenuhi target yang diberikan.

·         Dalam rangka meningkatkan pelayanan pengujian, BPMPT Bekasi selalu menjaga pelayanan jasa pengujian, dengan tujuan untuk mencapai kepuasan pelanggan. Pada tahun 2003, BPMPT Bekasi sudah terakreditasi ISO/ IEC 17025:2005 oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan pada tahun 2008 telah disertifikasi ISO9001:2008. Penambahan ruang lingkup akreditasi menjadi target dari BPMPT Bekasi, selain memberikan jaminan kepuasan pelanggan juga untuk lebih memantapkan BPMPT Bekasi sebagai laboratorium acuan di bidang pakan. Kegiatan Sistem Manajemen Mutu dilaksanakan untuk menjamin penerapan ISO/IEC 17025:2005 dan ISO 9001:2008 di BPMPT Bekasi.

BPMPT Bekasi secara rutin mengikuti uji profisiensi antar laboraturium yang diselenggarakan oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) selain itu, BPMPT Bekasi menyelenggarakan uji profisiensi sesuai dengan standar ILAC G 13- 2007 yang diikuti oleh universitas, laboratorium pabrik pakan, laboratorium penelitian, laboratorium swasta serta laboratorium pakan daerah di seluruh Indonesia.

·         Penyimpangan hasil uji terhadap sampel mengalami penurunan dari tahun ke tahun.   Namun demikian masih terdapat beberapa catatan penting terhadap beberapa penyimpangan hasil uji terhadap standar pakan ternak yang ditetapkan melalui SNI. Penyimpangan tertinggi selama periode 2008-2010 yaitu terhadap hasil uji Kalsium dan Kadar Abu.  Hal ini terutama disebabkan masih banyaknya praktek pencampuran pakan yang tidak benar di kalangan peternak.  Dalam rangka mendapatkan pakan yang berkalsium tinggi, peternak kerap kali mencampurkan kapur ke dalam pakan ternaknya dengan harapan kebutuhan kalsium ternak terpenuhi, ternak produktif namun di sisi lain, tetap menghemat biaya pakan ternak.  Padahal, pakan yang baik adalah yang bersumber dari sumber nabati dan dengan pemberian takaran yang tepat. Menghadapi hal ini, BPMPT Bekasi berupaya untuk mengedukasi peternak melalui layanan konsultasi dan pengujian sampel maupun melalui kerjasama dengan pihak-pihak terkait secara berkelanjutan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar